Ikhtiyartak semata-semata untuk menemukan hasil, tapi melaksanakan hidup sebagai hamba Allah yang menyerahkan hidup kepada Tuhannya. Adapun beberapa tips mengatasi overthinking jika pikiran-pikiran random itu tiba-tiba saja datang kepadamu, adalah sebagai berikut: Pertama, meyakini bahwa Allah menjadi penjamin penuh atas rezeki setiap Pembahasan tentang takdir adalah salah satu tema yang tergolong rumit sebab dalil-dalil yang sampai pada kita sepintas saling bertentangan satu sama lain. Sebagian dalil Al-Qur’an dan hadits mengatakan bahwa semua kejadian di dunia ini sudah tercatat di Lauh Mahfudz dan pena yang mencatatnya telah kering sehingga tak mungkin berubah. Sebagian dalil lain menegaskan bahwa doa manusia dapat mengubah takdir, demikian juga silaturahim dapat memperpanjang umur dari waktu yang telah ditentukan. Sebagian dalil lainnya memerintahkan kita untuk melakukan aneka perbuatan baik sehingga bisa meraih kehidupan bahagia di dunia maupun akhirat, ini semua mengisyaratkan bahwa ikhtiar manusia punya andil besar dalam menentukan jalan takdir yang akan ia tempuh. Sebenarnya bagaimanakah takdir itu? Untuk menjawab kerumitan di atas, sebagian ulama kemudian membagi takdir qadla’ menjadi dua macam, yakni Pertama, takdir mubram, yaitu takdir yang sudah paten tidak dapat diubah dengan cara apa pun. Misalnya takdir harus lahir dari orang tua yang mana, di tanggal berapa dan lain sebagainya yang sama sekali tidak ada opsi bagi manusia untuk memilih. Kedua, takdir mu’allaq, yaitu takdir yang masih bersifat kondisional sehingga bisa diubah dengan ikhtiar manusia. Misalnya takdir miskin dapat diubah dengan doa dan kerja keras, takdir sakit dapat diubah dengan doa dan berobat, dan sebagainya yang melibatkan ruang usaha bagi manusia. Sepintas pembagian takdir menjadi dua kategori, mubram dan mu’allaq, ini sudah cukup memecahkan masalah. Tetapi faktanya tidak sesederhana itu. Masalahnya, sama sekali tak ada informasi dari hadits yang menyatakan hal-hal apa saja yang masuk kategori mubram dan mu’allaq. Adapun keyakinan sebagian orang awam bahwa takdir mubram hanyalah tiga macam, yakni rezeki, jodoh, dan kematian, adalah anggapan yang sama sekali tak berdasar. Klasifikasi mubram dan mu’allaq ini tetap saja tidak aplikatif. Misalnya kemiskinan, apakah termasuk mubram atau mu’allaq? Kita melihat ada orang miskin yang seumur hidupnya berdoa dan berusaha keras keluar dari kemiskinannya, tetapi hingga akhir hayatnya dia tetap miskin. Kejadian ini menunjukkan bahwa kemiskinan orang itu sudah mubram. Namun kita juga melihat orang miskin yang dengan usahanya dapat mengubah nasibnya secara drastis menjadi orang kaya, bahkan sangat kaya. Kejadian ini menunjukkan bahwa kemiskinan orang tersebut masih mu’allaq. Hal yang sama berlaku pada semua kasus di dunia ini, mulai sakit, keberuntungan, kecelakaan bahkan kematian sekalipun. Bagian manakah di antara semua itu yang mubram dan bagian mana yang mu’allaq? Kita takkan pernah tahu sebelum terjadinya. Sebenarnya, semua kerumitan di atas dapat terurai dan mudah dipahami apabila kita melihat takdir qadla’ dari tiga perspektif yang berbeda. Kerumitan dan kerancuan itu hanya terjadi akibat ketiga perspektif ini dicampur menjadi satu, padahal seharusnya dibedakan dengan tegas. Tiga perspektif yang dimaksud adalah perspektif Allah, perspektif malaikat, dan perspektif manusia. Takdir dalam Perspektif Allah Al-Qur’an, hadits dan dalil-dalil rasional telah memastikan bahwa Allah Maha Mengetahui. Sifat al-ilmu yang dimiliki Allah dapat menjangkau apa pun tanpa batas, baik hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Tak ada satu pun kejadian, bahkan yang paling kecil sekalipun semisal kejadian di inti atom, yang tak Allah ketahui. Allah berfirman وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz.” QS. al-An’am 59 Dalam perspektif Allah ini, seluruh takdir qadla’ adalah mubram tanpa kecuali. Seluruhnya telah diketahui sebelumnya dan akan berubah menjadi kenyataan qadar pada waktunya. Sisi inilah yang tak mungkin mengalami perubahan sama sekali sebab adanya perubahan di level ini sama saja dengan adanya hal-hal yang tidak diketahui Allah. Ketidaktahuan Allah ini mustahil adanya. Takdir dalam Perspektif Malaikat Para Malaikat mempunyai tugas yang beragam, sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakan mereka. Di antara tugas malaikat yang kita ketahui adalah membagi-bagi rezeki, ini adalah tugas Mikail; ada yang bertugas mencabut nyawa, ini adalah tugas Malaikat Maut Izra’il; ada yang bertugas mencatat amal baik dan amal buruk, ini adalah tugas Raqib dan Atid. Dan, banyak sekali jumlah malaikat yang info tentang tugasnya tak sampai pada kita. Dalam perspektif malaikat inilah, takdir setiap manusia yang tercatat di Lauh Mahfudz ada yang sudah mubram paten tak bisa berubah dan ada yang masih mu’allaq kondisional. Mereka bisa melihat apakah rezeki Si Fulan sudah merupakan hal paten yang tak bisa diganggu gugat ataukah masih tergantung pada beberapa kondisi yang di pilih Fulan tersebut, misalnya apabila Fulan bekerja keras, maka takdirnya adalah kaya sedangkan apabila memilih bermalasan maka takdirnya menjadi orang miskin. Demikian juga dengan hidayah, penyakit, umur atau apa pun yang terjadi pada Fulan tersebut. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan فَالْمَحْوُ وَالْإِثْبَاتُ بِالنِّسْبَةِ لِمَا فِي عِلْمِ الْمَلَكِ وَمَا فِي أُمِّ الْكِتَابِ هُوَ الَّذِي فِي عِلْمِ اللَّهِ تَعَالَى فَلَا مَحْوَ فِيهِ أَلْبَتَّةَ وَيُقَالُ لَهُ الْقَضَاءُ الْمُبْرَمُ وَيُقَالُ لِلْأَوَّلِ الْقَضَاءُ الْمُعَلَّقُ “Penghapusan dan penetapan takdir itu adalah dalam perspektif apa yang diketahui para malaikat dan apa yang tercatat di Lauh Mahfudz Ummul Kitab. Adapun dalam pengetahuan Allah, maka tak ada penghapusan sama sekali. Pengetahuan Allah ini disebut takdir mubram, dan pengetahuan malaikat itu disebut takdir mu’allaq.” Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bâri, juz X, halaman 416 Takdir dalam Perspektif Manusia. Bila malaikat bisa melihat sisi takdir yang mubram dan mu’allaq, manusia hanya sepenuhnya hanya bisa mengetahui sisi mu’allaq saja apabila belum tiba waktu kejadiannya. Dalam konteks ini, Imam Ibnu Hajar menjelaskan وَأَنَّ الَّذِي سَبَقَ فِي عِلْمِ اللَّهِ لَا يَتَغَيَّرُ وَلَا يَتَبَدَّلُ وَأَنَّ الَّذِي يَجُوزُ عَلَيْهِ التَّغْيِيرُ وَالتَّبْدِيلُ مَا يَبْدُو لِلنَّاسِ مِنْ عَمَلِ الْعَامِلِ وَلَا يَبْعُدُ أَنْ يَتَعَلَّقَ ذَلِكَ بِمَا فِي عِلْمِ الْحَفَظَةِ وَالْمُوَكَّلِينَ بِالْآدَمِيِّ فَيَقَعُ فِيهِ الْمَحْوُ وَالْإِثْبَاتُ كَالزِّيَادَةِ فِي الْعُمُرِ وَالنَّقْصِ وَأَمَّا مَا فِي عِلْمِ اللَّهِ فَلَا مَحْوَ فِيهِ وَلَا إِثْبَاتَ “Sesungguhnya yang telah diketahui Allah itu sama sekali tak berubah dan berganti. Yang bisa berubah dan berganti adalah perbuatan seseorang yang tampak bagi manusia dan yang tampak bagi para malaikat penjaga Hafadhah dan yang ditugasi berinteraksi dengan manusia al-Muwakkilîn. Maka dalam hal inilah terjadi penetapan dan penghapusan takdir, semisal tentang bertambahnya umur atau berkurangnya. Adapun dalam ilmu Allah, maka tak ada penghapusan atau penetapan.” Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bâri, juz XI, halaman 488. Manusia hanya bisa mengetahui adanya takdir mubram yang menimpanya hanya ketika suatu hal sudah terjadi. Misalnya, hal-hal yang berhubungan dengan kelahirannya, apa-apa yang sudah atau belum dicapai pada usianya sekarang ini dan segala hal yang telah terjadi di masa lalu dan tak mungkin diubah. Manusia bisa tahu umur seseorang telah mubram hanya ketika orang itu sudah positif meninggal. Apabila orang itu masih hidup, maka usianya masih sepenuhnya terlihat mu’allaq sehingga ia dituntut untuk menjaga diri dan berobat bila sakit. Ia dilarang menenggak racun atau melakukan hal yang mencelakakan jiwanya yang membuat usianya menjadi pendek dalam perspektif manusia tentunya. Demikian juga, ia dituntut untuk hidup sehat dan menjaga diri sehingga usianya bisa semakin panjang dalam perspektif manusia. Kaidah yang sama berlaku pada segala hal lainnya. Dengan memahami ketiga perspektif ini, maka segala kebingungan tentang takdir akan mudah terjawab. Seorang muslim dituntut untuk beriman bahwa segala hal sudah diketahui Allah sejak dulu dan pasti terjadi sesuai pengetahuan-Nya, tetapi dia tak boleh menjadikan itu sebagai alasan untuk berdiam diri atau menjadikan takdir sebagai alasan sebab ia tak tahu apa takdirnya. Yang wajib dilakukan oleh manusia adalah berusaha saja menyambut masa depannya. Dalam konteks inilah Nabi bersabda اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ “Berusahalah, semua akan dimudahkan.” HR. Bukhari – Muslim. Wallahua'lam. Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti di Aswaja Center Jember.
Salahsatu dari perkataan yang umum di masyarakat adalah bahwa jodoh, rezeki, ajal (kematian) dan perceraian adalah takdir dari Allah Ta’ala, benarkah demikian? Jawabannya adalah Ya, betul sekali bahwa semua itu adalah merupakan takdir dari Allah Ta’ala.
Salah satu dari perkataan yang umum di masyarakat adalah bahwa jodoh, rezeki, ajal kematian dan perceraian adalah takdir dari Allah Ta’ala, benarkah demikian? Jawabannya adalah Ya, betul sekali bahwa semua itu adalah merupakan takdir dari Allah Ta’ala. Akan tetapi keempatnya memiliki karakter masing-masing, yang apabila kita rinci terbagi menjadi dua; Pertama; Rezeki dan Kematian, Kedua; Jodoh dan Perceraian. Permasalahan ini sangat penting untuk dibahas karena terkait dengan Qadha dan Qadar yang masuk ke ranah tauhid atau keyakinan sebagai seorang muslim. Selain itu jangan sampai kita masuk ke dalam aliran Jabariah yang menganggap bahwa manusia hanya seperti wayang yang dipaksa mengikuti takdirNya, atau seperti Qadariah yang meyakini semuanya adalah kehendak manusia tanpa campur tangan Allah Ta’ala. Beriman dengan Qadha dan QadarDasar keimanan terhadap qadha dan qadar adalah firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, yaitu firmanNyaوَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍDan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. QS. Al-Hijr ayat yang lainnya disebutkanوَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا“Dan ini perkara yang sudah ditetapkan.” QS. Maryam 21.Riwayat shahih mengenai hal ini adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِKamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk. HR. lainnya menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah ta’ala ialah pena, kemudian Allah berfirman kepadanya, Tulislah.’ Pena berkata, Tuhanku, apa yang harus saya tulis?’ Allah berfirman, Tulislah takaran takdir segala sesuatu hingga hari kiamat.” Ahmad dan At-Tirmidzi.Merujuk pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan riwayat shahih dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dapat dipahami bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan takdir seluruh makhlukNya. Riwayat lainnya menjelaskanكَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi” HR. Muslim, Thirmidzi dan Abu dua istilah yang kemudian dibahas oleh para ulama, yaitu; qadha dan qadar. Keduanya memiliki makna yang berbeda ketika disatukan dalam satu pembahasan qadha-qadar apabila dipisah maknanya sama yaitu takdir dari Allah Ta’ala. Secara lebih rinci ada dua pendapat mengenai hal ini; Pertama, Qadha dan Qadar bermakna menyatakan bahwa makna qadha dan qadar itu sama maknanya yaitu ketentuan dari Allah Ta’ala sejak zaman dahulu kala. Pendapat ini dipegang oleh Abdul Aziz bin Abdullah yang menyatakanالقضاء والقدر، هو شيء واحد، الشيء الذي قضاه الله سابقاً ، وقدره سابقاً، يقال لهذا القضاء ، ويقال له القدرQadha dan qadar adalah dua kata yang artinya samya, aitu sesuatu yang telah Allah qadha’-kan tetapkan dulu, dan yang telah Allah takdirkan dulu. Bisa disebut qadha, bisa disebut makna ini sebagaimana tercatat dalam al-Qamus al-Muhith, yaitu;القدر القضاء والحكمQadar adalah qadha dan kepada pendapat ini maka tidak ada perbedaan makna antara qadha dan qadar yaitu ketetapan dari Allah Ta’ala sejak zaman azali. Kedua, Berbeda makna antara Qadha dan ini memiliki dua pendapat yang berbeda pula, yaitu; Qadha lebih dahulu dari pada qadar. Qadha adalah ketetapan Allah di zaman azali. Sementara qadar adalah ketetapan Allah untuk apapun yang saat ini sedang terjadi. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,قال العلماء القضاء هو الحكم الكلي الإجمالي في الأزل ، والقدر جزئيات ذلك الحكم وتفاصيلهPara ulama mengatakan, al-qadha adalah ketetapan global secara keseluruhan di zaman azali. Sementara qadar adalah bagian-bagian dan rincian dari ketetapan global itu. Fathul Bari, 11/477.Al-Jurjani menyatakan,والفرق بين القدر والقضاء هو أن القضاء وجود جميع الموجودات في اللوح المحفوظ مجتمعة، والقدر وجودها متفرقة في الأعيان بعد حصول شرائطهاPerbedaan antara qadar dan qadha, bahwa qadha bentuknya ketetapan adanya seluruh makhluk yang tertulis di al-Lauh al-Mahfudz secara global. Sementara qadar adalah ketetapan adanya makhluk tertentu, setelah terpenuhi syarat-syaratnya. at-Ta’rifat, hlm. 174Kebalikan dari pendapat sebelumnya, qadar lebih dahulu dari pada qadha. Qadar adalah ketetapan Allah di zaman azali. Sementara qadha adalah penciptaan Allah untuk apapun yang saat ini sedang al-Asfahani dalam al-Mufradat hlm. 675 menyatakan,والقضاء من الله تعالى أخص من القدر؛ لأنه الفصل بين التقدير، فالقدر هو التقدير، والقضاء هو الفصل والقطعQadha Allah lebih khusus dibandingkan qadar. Karena qadha adalah ketetapan diantara taqdir ketetapan. Qadar itu taqdir, sementara qadha adalah ini dipegang pula oleh Muhammad bin Shaleh yang menyatakan “Maka ketika Allah menetapkan sesuatu akan terjadi pada waktunya, ketentuan ini disebut Qadar. Kemudian ketika telah tiba waktu yang telah ditetapkan pada sesuatu tersebut, ketentuan tersebut disebut Qadha’”.Ulama dari kalangan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa makna qadha dan qadar itu berbeda. Syekh M. Nawawi Banten menyatakanاختلفوا في معنى القضاء والقدر فالقضاء عند الأشاعرة إرادة الله الأشياء في الأزل على ما هي عليه في غير الأزل والقدر عندهم إيجاد الله الأشياء على قدر مخصوص على وفق الإرادة“Ulama tauhid atau mutakallimin berbeda pendapat perihal makna qadha dan qadar. Qadha menurut ulama Asy’ariyyah adalah kehendak Allah atas sesuatu pada azali untuk sebuah realitas’ pada saat sesuatu di luar azali kelak. Sementara qadar menurut mereka adalah penciptaan realisasi Allah atas sesuatu pada kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya pada azali,” Kasyifatus Saja, hal. 12.Beliau memberikan contoh qadha dan qadar menurut kelompok Asyariyyah, Qadha adalah putusan Allah pada azali bahwa kelak kita akan menjadi apa. Sementara qadar adalah realisasi Allah atas qadha terhadap diri kita sesuai الله المتعلقة أزلا بأنك تصير عالما قضاء وإيجاد العلم فيك بعد وجودك على وفق الإرادة قدر“Kehendak Allah yang berkaitan pada azali, misalnya kau kelak menjadi orang alim atau berpengetahuan adalah qadha. Sementara penciptaan ilmu di dalam dirimu setelah ujudmu hadir di dunia sesuai dengan kehendak-Nya pada azali adalah qadar,” Kasyifatus Saja, 12.Sedangkan bagi kelompok Maturidiyyah, qadha dipahami sebagai penciptaan Allah atas sesuatu disertai penyempurnaan sesuai ilmu-Nya. Dengan kata lain, qadha adalah batasan yang Allah buat pada azali atas setiap makhluk dengan batasan yang ada pada semua makhluk itu seperti baik, buruk, memberi manfaat, menyebabkan mudarat, dan الأشاعرة هو المشهور وعلى كل فالقضاء قديم والقدر حادث بخلاف قول الماتريدية وقيل كل منهما بمعنى إرادته تعالى“Pandangan ulama Asy’ariyyah cukup masyhur. Atas setiap pandangan itu, yang jelas qadha itu qadim dulu tanpa awal. Sementara qadar itu hadits baru. Pandangan ini berbeda dengan pandangan ulama Maturidiyyah. Ada ulama berkata bahwa qadha dan qadar adalah pengertian dari kehendak-Nya,” Kasyifatus Saja, hal. 12.Merujuk pada berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa qadha dan qadar adalah takdir dan ketetapan dari Allah Ta’ala. Pada dasarnya ia bersifat azali sejak penciptaan Qalam pena yang telah dititahkan oleh Allah Ta’ala untuk menuliskan takdir semesta. Ketetapan ini tidaklah meniadakan adanya usaha dari ikhtiar manusia, dengan kata lain takdir dari Allah Ta’ala terkait dengan usaha maksimal dari manusia. Iman dengan Takdir Rezeki dan KematianKembali pada pembahasan di awal, bahwa rizki dan ajal merupakan takdir dari Allah Ta’ala, maka tidak bisa seorangpun untuk menolaknya. Terkait dengan rizki Allah Ta’ala berfirmanقُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ“Katakanlah “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah “Allah.” QS. Saba’ 24.Pada ayat yang lainnya Allah Ta’ala berfirman,وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” QS. An Nahl 71.Merujuk pada ayat-ayat ini maka jelas sekali bahwa rizki dari Allah Ta’ala sudah ditetapkan, namun demikian manusia memiliki usaha untuk menjemput rizki tersebut. Semakin dia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjemput rizki tersebut maka ia akan mendapatkan apa yang dia usahakan. Sehingga jika ada orang yang mengatakan bahwa rizki itu sudah ditentukan, jadi kita tidak perlu usaha maka perkataan ini tidak tepat. Karena perintah untuk berikhtiar sendiri sangat jelas, seperti dalam firmaNyaهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ“Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu kembali setelah dibangkitkan”. QS. Al-Mulk ayat yang lainnya juga disebutkan secara jelasفَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَApabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. QS. Al-Jumu’ah pada pemahaman dari ayat ini adalah bahwa, rizki itu sudah ditetapkan Allah Ta’ala akan tetapi manusia juga diperintahkan untuk mencarinya, menjemputnya dan mendapatkan rizki yang berkaitan dengan ajal maka Allah Ta’ala berfirmanكُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” QS. Ali Imran 185.أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” QS. An Nisa’ 78.Selain dua ayat ini, banyak sekali ayat dan juga hadits yang menunjukan bahwa ajal atau kematian itu sudah ditentukan oleh Allah Ta’ala waktu dan tempatnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah bersatunya sperma dengan ovum, kemudian menjadi alaqah segumpal darah seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah segumpal daging seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan takdir mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan takdir mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”. HR. Bukhari dan berkaitan dengan rizki yang sudah ditentukan maka ajal atau kematian juga sudah ditentukan. Namun ia tidak meniadakan ikhtiar manusia, maksudnya dalam konteks kematian jika ada orang yang buhun diri kemudia dia beralasan bahwa itu adalah takdir maka bisa dikatakan bahwa ketika seseorang bunuh diri dan meninggal dunia maka itu adalah takdir. Tetapi ia berdosa karena telah membunuh dirinya sendiri, sehingga ia akan disiksa di neraka, sebagaimana ayat dan juga sabda Nabi yang muliaوَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا * وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيرًا “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” QS. An Nisa 29-30.من قتل نفسه بشيء عذب به يوم القيامة“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di hari kiamat”. HR. Bukhari dan dan hadits ini menunjukan larangan untuk bunuh diri serta ancaman bagi yang melakukannya. Walaupun mati adalah takdir, tetapi manusia memiliki kontrisbusi kehendak dalam prosesnya. Kehendak inilah yang kemudian menjadi sebab ia mendapatkan siksa. Iman dengan Takdir Jodoh dan terkait dengan jodoh dan perceraian, bahwa keduanya adalah merupakan takdir dari Allah Ta’ala. Jodoh seseorang sudah ditentukan, sebagaimana firmanNyaالْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌWanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang menuduh itu. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia surga. QS. An-Nur ini berbicara secara umum bahwa manusia itu diciptakan secara berpasang-pasangan , sebagaimana firmanNyaوَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” QS. Adz Dzariyat 59. Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan,جميع المخلوقات أزواج سماء وأرض، وليل ونهار، وشمس وقمر، وبر وبحر، وضياء وظلام، وإيمان وكفر، وموت وحياة، وشقاء وسعادة، وجنة ونار، حتى الحيوانات [جن وإنس، ذكور وإناث] والنباتات“Setiap makhluk itu berpasang-pasangan. Ada matahari dan bumi. Ada malam dan ada siang. Ada matahari dan ada rembulan. Ada daratan dan ada lautan. Ada terang dan ada gelap. Ada iman dan ada kafir. Ada kematian dan ada kehidupan. Ada kesengsaraan dan ada kebahagiaan. Ada surga dan ada neraka. Sampai pada hewan pun terdapat demikian. Ada juga jin dan ada manusia. Ada laki-laki dan ada perempuan. Ada pula berpasang-pasangan pada tanaman.”Jika ada seseorang yang ternyata tidak menikah hingga meninggal dunia maka bukan berarti ia tidak ada pasangan. Adanya unsur kehendak dalam dirinya untuk tidak menikah atau hal lainnya yang menjadikan ia tidak berjumpa dengan pasangannya. Intinya adalah bahwa jodoh itu sudah takdir, namun manusia juga memiliki kehendakn untuk mencarinya dan menentukannya. Jika seseorang telah berusaha untuk mencari pasangan kemudian hingga menikah maka itulah jodohnya. Jika ternyata kemudian ia bercerai dan menikah dengan orang lain maka itupun takdirNya sebagai takdir dari Allah Ta’ala juga merupakan ketetapan yang sudah pasti adanya. Namun ia juga tidak lepas dari kehendak dari manusia, kehidupan keluarga yang penuh dengan romantika; suka dan duka silih berganti, gelombang dan prahara rumah tangga yang sering menerjang terkadang berakhir dengan perceraian. Perceraian itu takdir ketika sudah terjadi, tetapi manusia memiliki kehendak untuk melakukannya atau bersabar dan tetap mempertahankan keluarganya. KesimpulanPembahasan mengenai jodoh, rizki, ajal dan perceraian terkait erat dengan tauhid atau keimanan seorang muslim yaitu iman percaya/yakin dengan takdir dari Allah Ta’ala. Semua hal di dunia ini sudah ditakdirkan, tetap manusia memiliki kehendak dan ikhtiar. Kaya atau miskin, bahagia atau sengsara, menikah atau tetap sendiri, mempertahankan keluarga atau bercerai semua itu adalah pilihan bagi kita menganggap bahwa semua itu sudah menjadi takdirNya dan manusia hanya menjalankannya maka ia terbawa pada pemikiran Jabariyah atau Jabriah yang menganggap bahwa manusia hanya seperti boneka wayang yang dipaksa mengikuti takdir dari Allah Ta’ala. Sedangkan bila ia berkeyakinan bahwa manusia memiliki kehendak penuh untuk melakukan segala sesuatu tanpa takdir Allah, maka ia terjebak ke dalam pemikiran Qadariah di mana manusia seolah-olah bebas tanpa kuasa jalan tengah dari keduanya yang merupakan solusi terbaik adalah pendapat dari Ahlu Sunnah wal Jamaah yang meyakini bahwasanya semua takdir semesta telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala sejak awal mula penciptaan, tetapi manusia memiliki kehendak dan ikhtiar untuk menentukan dan memilih yang yang terbaik baginya. Istilah lainnnya menyatakan “Beralih dari satu takdir ke takdir lainnya”, karena kita tidak tahu yang mana takdir kita. Oleh karena itu tetap yakin dengan takdir Allah Ta’ala dan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik dan melakukan hal-hal yang baik agar kehidupan kita berakhir dalam kebaikan yaitu di surga sebagai negeri keabadian. Wallahu a’lam, Menjelang tengah hari di Bogor City, 02 Juli 2020. melakukanitu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT) AMALAN YANG DAPAT MENYAKITI HATI IBLIS "Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak. Iblis lalu berkata : "Wahai Rasul Allah takdir telah ditentukan dan pena. takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Kesalahan dalam memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya seluruh keimanan paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah. Empat Prinsip Keimanan kepada Takdir Pembaca yang dirhamati Allah, perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip. Pertama. Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengetahui dengan ilmunya yang azali sejak dahulu dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluk-Nya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ala. Kedua. Mengimanai bahwa Allah Ta’ala telah menulis dalam lauhul mahfuzh catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat. Dalil kedua prinsip di atas terdapat dalam Al Kitab dan As Sunnah. Dalam Al Kitab, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” QS. Al Hajj 70. Allahjuga berfirman yang artinya, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfuzh” QS. Al An’am59. Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” HR. Muslim Ketiga. Mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi. Semuanya terjadi atas kehendak Allah Ta’ala, baik itu perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan makhluk-Nya. Keempat. Mengimani penciptaan Allah,bahwa Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi,. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya dan segala sesuatu berupa perkataan dan perbuatan makhluk. Dalil kedua prinsip di atas adalah firman Allah Ta’alayang artinya, “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nya lah kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”QS. Az Zumar 62-63. Juga firman-Nya yang artinya, “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“.” QS. As Shaffat 96. lihat Taqriib Tadmuriyah Sikap Pertengahan Dalam Memahami Takdir Diantara prinsip ahlus sunnah adalah bersikap pertengahan dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak sebagaimana sikap ahlul bid’ah. Ahlus sunnah beriman bahwa Allah telah menetapkan seluruh takdir sejak azali, dan Allah mengetahui takdir yang akan terjadi pada waktunya dan bagaimana bentuk takdir tersebut, semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah tetapkan. Adapun orang-orang yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah mereka bersikap berlebih-lebihan. Yang satu terlalu meremehkan dan yang lain melampaui batas. Kelompok Qadariyyah mereka mengingkari adanya takdir. Merka mengatakan bahwa Allah tidak menakdirkan perbuatan hamba. Menurut mereka perbuatan hamba bukan makhluk Allah, namun hamba sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Mereka mengingkari penciptaan Allah terhadap perbuatan hamba. Kelompok yang lain adalah yang terlalu melampaui batas dalam menetapkan takdir. Mereka dikenal dengan kelompok Jabariyyah. Mereka berlebihan dalam menetapkan takdir dan menafikan adanya kehendak hamba dalam perbuatannya. Mereka mengingkari adanya perbuatan hamba dan menisbatkan semua perbuatan hamba kepada Allah. Jadi seolah-olah hamba dipaksa dalam perbuatannya. Lihat Al Mufiid fii Muhammaati at Tauhid Kedua kelompok di atas telah salah dalam memahai takdir sebagaimana ditunjukkan dalam dalil yang banyak. Di antaranya firman Allah Ta’alayang artinya, “yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”QS. At Takwiir 28-29 Pada ayat “ yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus” merupakan sanggahan untuk Jabariyyah, karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi hamba. Hal ini bertentangan dengan keyakinan mereka yang mengatakan bahwa hamba dipaksa tanpa memiliki kehendak. Kemudian Allah berfirman yang artinya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam.” Dalam ayat ini terdapat bantahan untuk Qodariyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh hamba tanpa sesuai dengan kehendak Allah, karena dalam ayat ini Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya. lihat Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqad Takdir Baik dan Takdir Buruk Takdir terkadang disifati dengan takdir baik dan takdir buruk. Takdir yang baik sudah jelas maksudnya. Lalu apa yang dimaksud dengan takdir yang buruk? Apakah berarti Allah berbuat sesuatu yang buruk? Dalam hal ini kita perlu memahami antara takdir yang merupakan perbuatan Allah dan dampak/hasil dari perbuatan tersebut. Jika takdir disifati buruk, maka yang dimaksud adalah buruknnya sesuatu yang ditakdirkan tersebut, bukan takdir yang merupakan perbuatan Allah, karena tidak ada satu pun perbuatan Allah yang buruk. Seluruh perbuatan Allah mengandung kebaikan dan hikmah. Jadi keburukan yang dimaksud ditinjau dari sesuatu yang ditakdirkan/ hasil perbuatan, bukan ditinjau dari perbuatan Allah. Untuk lebih jelasnya bisa kita contohkan sebagai berikut. Seseorang yang terkena kanker tulang ganas pada kaki misalnya, terkadang membutuhkan tindakan amputasi pemotongan bagian tubuh untuk mencegah penyebaran kanker tersebut. Kita sepakat bahwa terpotongnya kaki adalah sesuatu yang buruk. Namun pada kasus ini, tindakan melakukan amputasi pemotongan kaki adalah perbuatan yang baik. Walupun hasil perbuatannya buruk yakni terpotongnya kaki, namun tindakan amputasi adalah perbuatan yang baik. Demikian pula dalam kita memahami takdir yang Allah tetapkan. Semua perbuatan Allah adalah baik, walaupun terkadang hasilnya adalah sesuatu yang tidak baik bagi hamba-Nya. Namun yang perlu diperhatikan, bahwa hasil takdir yang buruk terkadang di satu sisi buruk, akan tetapi mengandung kebaikan di sisi yang lain. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” QS. Ar Ruum 41. Kerusakan yang terjadi pada akhirnya menimbulkan kebaikan. Oleh karena itu keburukan yang terjadi dalam takdir bukanlah keburukan yang hakiki, karena terkadang akan menimbulkan hasil akhir berupa kebaikan. Lihat Syarh al Aqidah al Wasithiyah li Syaikh Utsaimin Bersemangatlah! Jangan Hanya Bersandar Pada Takdir Sebagian orang memiliki anggapan yang salah dalam memahami takdir. Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa melakukan usaha sama sekali. Sungguhini merupakan kesalahan yang nyata. Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa karena semuanya sudah merupakan ketetapan Allah. Oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan jangalah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan ’Seaindainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan jadi begini atau begitu’, tetapi katakanlah Qoddarallāhu wa maa syā-a fa’ala” HR. Muslim Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqad Faedah Penting Keimanan yang benar terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu tergantung padatakdirAllah. Seseorang tidak boleh sombong terhadap dirinya sendiri ketika tercapai tujuannya, karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari Allah, berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah. Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan dirinya untuk mensyukuri nikmat tersebut. Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan takdir Allah. Allah berfirman yang artinya,“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. …” QS. Al Hadiid 22-23. Syarh Ushuulil Iman Demikian paparan ringkas seputar keimanan terhadap takdir. Semoga bermanfaat. Alhamdulillāhiladzi bini’matihi tatimmush shālihāt. Penulis Adika M Alumni Ma’had Al Ilmi
Итроዶ ጷοщизисАфюклоհዊδ ըмайадո υψюዖ
የаկըтрላጽι ቂоՆушоцታшէշቨ գу
Оφи всሴሙቸвեչСጫснопеζէ хէчеτюክим ጯβу
О δиվιհአջОгኧዖ ξևዋ пиթυкубዴ
Стιкрθհ афусоսኮ ኣቷጀеΡሚвըβ щօթиս оվυ
Menurutnya orang sholeh melihat Allah SWT bisa menentukan semua hal itu sudah luar biasa. “Saya bangga punya Tuhan yang sudah tahu nasib saya kayak apa nanti,” ujarnya. Akan tetapi ada kesalahan yang sering dilakukan manusia, yakni ketika sudah tahu semua sudah ditentukan oleh takdir Allah, manusia tersebut berpikir, “Kalau Allah sudah
Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan dan menikmati indahnya hidup bersama keluarga atau pasangan hidupnya baik suami ataupun istri. Tentu semua orang menginginkan keluarganya berada dalam kondisi yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Hal ini dikarenakan rumah tangga yang bahagia adalah yang penuh cinta, kasih sayang, dan juga dipenuhi keberkahan dari Allah SWT. Keluarga inilah, keluarga yang senantiasa menerapkan rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan KeluargaAkan tetapi, tidak semua rumah tangga bisa menghasilkan kebahagiaan. Akan ada banyak cobaan dan juga tantangan dalam masing-masing keluarga. Cobaan yang berasal dari internal keluarga ataupun dari eksternal keluarga. Tentu juga berasal dari berbagai masalah yang berbeda-beda sumbernya, variannya, dan jenisnya. Wajar saja karena sejatinya manusia diciptakan Allah untuk mendapatkan berbagai adanya hal-hal tersebut, maka tantangan yang paling nyata dari sebuah keluarga adalah adanya tantangan perceraian. Perceraian bisa saja terjadi pada setiap keluarga, apalagi bagi mereka yang tidak memiliki visi, misi atau tujuan yang jelas dan sama dari masing-masing pasangan. Perceraian tentu saja bukan hal yang diharapkan oleh semua orang yang sudah sekali kasus-kasus perceraian yang terjadi dengan berbagai sebab. Kasus perceraian tentunya tidak hanya terjadi di satu atau dua orang. Islam memang tidak melarang perceraian akan tetapi kembali lagi ada aturan yang Allah tetapkan dan juga telah Allah berikan. Allah pun tidak menyukai perceraian, walaupun memang perceraian kembali kepada manusia jugaHukum Mendengarkan Musik Dalam IslamHukum Menyakiti Hati Orang Lain dalam IslamHukum Tidak Membayar HutangHukum Semir Rambut Warna HitamHukum Sholat Jumat Bagi WanitaHukum Perceraian dalam IslamDalam proses perceraian, talak adalah hal yang dilakukan. Talak ini dilakukan dengan cara pengungkapan atau dengan lafaz yang secara bahasa berarti melepaskan suatu ikatan, dalam hal ini melepaskan ikatan pernikahan. Talak adalah salah satu jalan yang merupakan penyelesaian ketika suami dan istri tidak bisa hidup bersama lagi dan diakhiri rumah tangga bersama. Tentu saja, talak dalam perceraian adalah hal yang dibenci Allah walaupun diperbolehkan dalam konteks dalam islam, hukum mengenai segala hal sesuatu tentu tergantung kepada sebab dan konteks yang melingkupinya. Hukum perceraian dalam islam tidak hanya satu saja, bergantung kepada kondisi dan faktor yang melingkupinya. Berikut adalah hukum-hukum yang berkenaan dengan perceraian dalam Hukum perceraian bisa bernilai makruh yaitu jika suami menceraikan istrinya atau istri meminta cerai pada suami tanpa ada sebab yang jelas. Hal ini tentu menjadi suatu yang makruh untuk dilakukan karena bagaimanapun komitmen pernikahan haruslah dipertahankan dan jangan sampai terpecah hanya karena alasan yang tidak jelas. Bagaimanapun komitmen adalah seperti janji, jika tanpa sebab dan alasan yang jelas khawatirnya malah merugikan salah satu pihak atau salah satu tidak ada pasangan yang bercerai tanpa ada alasan yang jelas. Seharusnya ada alasan, hanya saja bisa jadi alasan tersebut tidak disampaikan secara jelas dan secara mendetail. Namun, dalam aturan kenegaraan Indonesia termasuk perceraian bisa diurus melalui kementrian agama,yang didalamnya akan diperdalam mengenai tujuan dan alasan perceraian. Jika bisa tidak bercerai, maka lebih baik. Islam menyukai umatnya yang memeihara keluarga dan memelihara asal, perceraian adalah sesuatu yang tidak disukai oleh Allah dan justru disukai oleh Subhaanahu Wa Ta’ala berfirmanوَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاَقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ“Dan jika kalian bertekad kuat untuk thalaq, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” al-Baqoroh227.Konteks ayat tersebut adalah bentuk peringatan dan ancaman “jika kalian berbuat demikian…sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”, sehingga itu menunjukkan bahwa perceraian tidaklah disukai oleh Allah. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Syaikh Ibn Utsaimin ini juga ditegaskan dalam haditsإِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَSesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian mengirim pasukannya ke berbagai penjuru. Pihak yang terdekat kedudukannya dari Iblis adalah yang paling besar menimbulkan fitnah. Salah satu dari mereka datang menghadap Iblis dan menyatakan Aku berbuat demikian dan demikian. Iblis menyatakan engkau belum berbuat apa-apa. Kemudian datang satu lagi melaporkan Aku tidak tinggalkan ia manusia hingga aku pisahkan ia dengan istrinya. Kemudian Iblis mendekatkan kedudukannya dan mengatakan bagus engkau perceraian bisa menjadi wajib ketika istri atau suami melakukan sesuatu yang keji dan mungkar, tidak mau bertaubat dan mengakui kesalahan, serta tidak bisa untuk berubah. Hal ini tentu saja menjadi satu yang merugikan dan juga tidak baik untuk keharmonisan rumah tangga. Begitupun bagi mereka yang sering sekali konflik dan juga tidak bisa untuk diproses secara damai, menumbuhkan cinta dan kasih sayang kembali, maka lebih baik cerai dan bisa jadi hukumnya adalah Hukum perceraian bisa menjadi haram jika isti sedang pada masa haid atau nifas. Begitupun saat istri pada masa suci dan suami telah melakukan hubungan suami istri. Saat ini maka haram untuk menceraikan istri apalagi jika tujuannya adalah istri tidak menuntut juga, diharamkan jika suami melakukan talk yang lebih dari satu ini berdasarkan haditsأَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ فِي غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ“Wanita mana saja yang meminta cerai dari suaminya tanpa ada alasan syar’i, maka haram baginya bau surga” Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh al-AlbanyPerhitungan memilih cerai atau tidak, tentunya jangan sampai dilakukan hanya sebelah pihak apalagi jika dilakukan pertimbangannya secara gegabah, emosi, dan juga keadaan konflik. Perceraian bisa haram dilakukan, dan tentu berdosa ketika kita melakukannya. Selain itu, haram juga bagi suami untuk menceraikan istrinya jika dilakukan langsung pada talk tiga Hukum cerai bisa menjadi mubah ketika percerian keadaan rumah tangga atua pernikahan malah semakin mudaharat, sulit untuk ditengahi masalahnya, dan juga membawa dampak yang buruk bagi kondisi keluarga. Sekali lagi tentunya hal ini harus dipikirkan baik-baik dan diukur oleh kedua belah pihak, agar keputusan yang diambil dapat maslahat tanpa ada efek yang buruk. Khususnya bagi anak anak dan keluarga intinya dari ke-4 hukum tersebut, islam memerintahkan masing-masing suami ataupun istri tidak gegabah dan emosional dalam mengambil keputusan. Bagaimanapun suatu perkara harus diputuskan secara akal sehat, rasional, dan benar-benar ditimbang dengan ilmu pengetahuan yang masing-masing pasangan bisa menjaga dirinya, menjaga rumah tangganya dengan baik, maka tidak akan ada masalah yang berarti, perceraian pun bisa dihindari. Tentu pernikahan yang sehat adalah awal dari kita mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi Perceraian dalam IslamAgar terhindar dari perceraian, maka tentunya kita harus berpikir dan mencari solusinya. Kembali lagi, bahwa tidak ada yang menginginkan terjadinya perceraian. Untuk itu, proses menuju perceraian haruslah dihindari dan jangan sampai dilakukan oleh seorang muslim dan muslimah. Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan agar menghindari perceraian, sesuai dengan ajaran Visi dan Misi Keluarga Adanya visi dan misi dalam sebuah keluarga adalah hal yang paling penting dan tidak boleh terlewat. Sejak sebelum nikah hingga menikah visi, misi, orientasi berkeluarga dari masing-masing pasangan adalah hal wajib dilakukan. Tanpa ada visi dan misi tentunya kita sulit membuat orientasi, menurunkan aktivitas atau kinerja kita terhadap dan misi yang sama tentu akan menjaga masing-masing pasangan untuk terus bertahan sekaligus menjaga agar orientasi berkeluarga selalu dapat diproses dengan baik walaupun tidak mudah dalam mencapai visi dan misi. Tetapi, justru dengan visi dan misi keluarga inilah kita bisa belajar bersama dan terus berprosses ke arah yang lebih baik lagi. Perceraian pun terhindari untuk Cinta dan Kasih Sayang Lewat Aktivitas Bersama PasanganCinta dan kasih sayang yang dipelihara tetunya akan menjaga juga rumah tangga yang kita bangun. Untuk itu, wajib bagi suami dan istri untuk memelihara cinta dan kasih sayangnya. Tanpa ada cinta dan kasih sayang tentunya akan sulit mempertahankan rumah tangga, mungkin juga rasanya akan hambar karena minimnya rasa kasih dan itu, menghindari hal perceraian, kita bisa menjaga cinta juga kasih sayang kita kepada pasangan pernikahan kita lewat aktivitas bersama dan saling mensupport satu sama lain. Benih-benih cinta tentunya akan hadir jika kita bersama-sama bahkan setiap konflik yang dilakukan akan mudah untuk Manajemen Emosi yang baik dari masing-masing PasanganUcapan talak untuk sebuah perceraian biasanya dilakukan dengan cara yang emosi. Jangan sampai kita melakukan ucapan talak atau melakukan perceraian ketika dalam keadaan konflik, emosi, atau benar-benar sulit untuk berpikir secara jenih. Jika konflik atau pertengkaran sedang terjadi, maka segeralah menenangkan diri dan jangan sampai kita membuat yang sedang buruk, emosi, dan juga konflik membuat setan sangat mudah untuk mengelabui kita. Setan akan mudah untuk mengelabui dan menggoda manusia karena perbuatan kita sendiri. Untuk itu, pergilah, berwudhulah, dan jangan ambil keputusan bercerai saat kita belum memikirkan dan menghitung dampak yang terjadi yang benar terhadap Pernikahan dalam Islam Jika masing-masing pasangan memiliki paradima yang benar terhadap pernikahan, maka kita tidak akan sulit untuk membangun keluarga. Masing-masing akan tahu bahwa pernikahan tidak selalu berjalan mulus ada banyak godaan dan hambatan. Untuk itu, paradigma pernikahan sejak awal menikah bahkan pra menikah sudah benar-benar dipikirkan dan disamakan. Hal ini akan menghindari kita dari Masing-Masing Pasangan Secara baik dan benarWalaupun sudah menikah sering kali pasangan tidak benar-benar mengenal dan belum mengenal pasangannya secara menyeluruh. Untuk itu, segeralah memahami pasangan mengenai hal-hal baiknya dan buruknya. Biasanya bagi mereka yang tidak benar-benar memahami suami atau istrinya, hanya mengenal baiknya saja sering merasa menyesal dan akhirnya konflik berkepanjangan hanya gara-gara hal yang jugaHukum Mengucapkan Selamat Natal dalam IslamHukum Wanita Bekerja Dalam IslamHukum Membaca Yasin di KuburanKewajiban Anak Perempuan Terhadap Orang Tua setelah MenikahHukum Minum Alkohol Tidak SengajaSemoga dengan adanya penjelasan ini kita bisa membangun keluarga yang bisa mencapai kebahagiaan atau sukses Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam dengan Cara Sukses Menurut Islam. Yangdituntut oleh Allah dari kita adalah upaya, ikhtiar dan niat baik. Jodoh tetap Allah yang menentukan. Jadi soal jodoh, rezeki dan takdir kita tidak berhak mengurusnya, tapi kita hanya diperintahkan untuk berusaha. Dengan upaya yang benar dan niat yang bersih itulah, kita akan diberi pahala. Hasilnya, Allah yang menentukan.
Semenjak Deddy Mahendra alias Desta menggugat cerai istrinya Natasha Rizky, publik bespekulasi salah satu alasan perceraian keduanga diduga karena beda prinsip soal agama. Natasha Rizky diketahui punya tutur kata yang lembut, menutup rapat tubuhnya dengan hijab syar'i, dan terlihat taat beragama. Sementara di sisi lain, isu soal Desta yang tidak pernah salat lima waktu dan di bulan Ramadan tidak berpuasa kembali viral dibahas jadi penyebabnya menceraikan Natasha Rizky. Bahkan banyak yang menuding Desta tengah bersiap pindah agama karena notabene ibu kandungnya memeluk agama Katolik. Baca JugaLima Tahun Lalu Agnez Mo Sudah Endus Bakat Putri Ariani Akan Mendunia Suara yang Langsung Mengisi Satu Ruangan Namun beberapa waktu lalu, Desta sempat membuat kesaksian dalam podcast kanal youtube Deddy Corbuzier bahwa dirinya amat dekat dengan Allah. "Gue berpikir Tuhan itu baik, gue tidak pernah perpikir Tuhan itu apa-apa, gue hukum lo ya, lo gue hukum lo ya, Tuhan itu, Tuhan itu ada di hati gue," kata Desta via tiktok bypulsa 18/5/23 Baginya segala tindak tanduk keputusan yang diambilnya selalu dipengaruhi oleh Tuhan, termasuk pada akhirnya ia harus rela berpisah dengan Natasha Rizky yang sudah dinikahinya selama 10 tahun. "Jadi, lo tuh yang menjalani, kan elo nih, selama lo ada Tuhan lo di sini menunduk dadanya Kalo Tuhan udah di hati lo, lo melakukan apa juga karena Tuhan," jelas Desta. Baca JugaPunya Gangguan Kejiwaan, Anggi Marito Ungkap Alasan Beberapa Kali Ingin Bunuh Diri Aku Udah Capek Banget
Maksud saya waktu itu janganlah ceraikan saya jika berlaku apa-apa. Dan beberapa hari selepas itu, arwah mula demam dan Allah ambil kembali suami saya,” tambahnya lagi. Akur akan takdir dirinya tanpa suami dan anak yang telah pergi dahulu mengadap Ilahi, kata penyanyi berusia 46 tahun ini, jangan sesekali bergantung harapan kepada manusia.
Takdir atau dalam bahasa arab yang dikenal dengan qodar adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi karena pilihan makhluk itu sendiri yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di hari akhir. Takdir ialah bentuk kuasa Allah yang wajib diterima dan diimani. Pandangan orang secara umum, takdir ialah segala sesuatu yang telah terjadi. Takdir dapat terjadi dalam bentuk apapun, baik itu dalam hal kehidupan sehari hari, kesehatan, takdir jodoh menurut islam, dan kita melihat seseorang yang sering bersedih karena tidak bisa menerima takdirnya dan menganggap hidupnya kurang beruntung daripada orang lain yang dipandangnya selalu bahagia. Bagaimana pandangan islam mengenai hal tersebut? Bagaimana pula cara agar kita senantiasa berada dalam petunjukNya dalam menghadapi takdir? Untuk lebih memahami mengenai takdir Allah, dalam kesempatan kali ini penulis akan membahasnya secara lengkap, yuk simal artikel berikut mengenai cara menyikapi takdir PercayaSebagai orang yang beriman, kita harus percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah memiliki rencana yang terperinci dan terbaik untuk semua hambaNya, termasuk manusia. manusia wajib percaya bahwa Allah tidak akan memberikan takdir baik itu takdir baik maupun buruk tanpa menyimpan hikmah di baliknya. Percaya adalah kunci utama dari ketenangan hati. Jika percaya akan rencana Allah yang terbaik maka tidak akan ada khawatir ataupun rasa sedih dalam cara menyikapi takdir Allah dan merupakan cara meningkatkan akhlak sebagai umat MengimaniKeutamaan iman dalam islam diantaranya iman pada qodar takdir termasuk rukun iman tidak sah keiman seseorang jika tidak menerima takdir. “Tidaklah seorang hamba itu beriman kepada takdir yang baik dan buruk dari Allah, hingga ia mengetahui bahwa apa yang menimpanya bukan karena kesalahnnya dan kesalahannya itu tidaklah akan menimpanya”. HR Tirmidzi.3. MembenarkanManusia tidak boleh ragu akan takdir Allah, wajib untuk membenarkan bahwa Allah tidak pernah merencanakan sesuatu tanpa hikmah yang mulia dan tanpa rencana yang lebih indah ke depannya. Manusia harus membenarkan bahwa hidup selalu berputar, sikapi takdir Allah dengan cara membenarkannya baik itu takdir baik ataupun takdir buruk sebab hal demikian termasuk keutamaan berbaik sangka kepada Tawakal“Sekali kali tidak akan menimpa apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami, Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang orang yang beriman akan bertawakal”. QS At Taubah 51. Cara menyikapi takdir Allah adalah dengan bertawakal, yaitu dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu harapan di waktu terbaik yang ditentukan olehNya. tawakal dalam islam akan senantiasa mendekatkan dan menjadi jalan ridho bukan hanya menyerah dan berdiam diri, tetapi wajib disertai dengan usaha yang sungguh sunguh untuk mengubah keadaan atau takdir yang dialaminya. Wajib selalu percaya bahwa Allah akan memberikan segalanya yang terbaik sesuai usaha yang dilakukan hamba Nya. Jika berusaha baik, maka akan menerima hasil yang baik, jika belum mendapatkan hasil yang diinginkan, tetap wajib terus berusaha dan Tidak MenyerahRasulullah selalu memerintahkan umatnya untuk berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuannya, cara menyikapi takdir Allah ialah dengan berusaha dan tidak boleh menyerah, putus asa adalah tanda bahwa orang tersebut tidak percaya pada kebesaran Allah. “Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan sekali kali kamu merasa tidak berdaya”. HR Abu Hurairah.6. Jauhi Berandai andaiTakdir, apapun itu ialah yang terbaik, cara menyikapi takdir Allah tidak boleh diterima dengan penyesalan atau harapan untuk bisa mengubah takdir yang telah terjadi. Maksudnya ialah dengan berandai andai untuk dapat kembali ke masa lalu dan mengubah peristiwanya agar menerima hasil sesuai yang diinginkan, hal demikian tidak diperbolehkan dalam agama. “Janganlah engkau berkata seandainya aku berbuat begini tentu begini dan begitu tentu akan seperti ini dan seperti itu”. HR Muslim.7. Mohon Pertolongan AllahTakdir ialah bagain dari kuasa Allah, untuk menghadapinya sebagai makhluk yang lemah wajib untuk memohon pertolongan Allah agar dapat menjalani dan mengambil keputusan sesuai petunjukNya. “Dan sekali kali tidaklah Rabb mu menganiaya hamba hamba Nya”. QS Fushshilat 46.8. Instropeksi Diri“Musibah yang menimpa kalian adalah hasil dari perbuatan tangan kalian sendiri”. QS As Syuuraa 30. Sebagai manusia tentu pernah berbuat kesalahan secara sadar, contohnya ialah sudah mengetahui tentang perbuatan yang termasuk dosa tetapi tetap melakukan perbuatan tersebut, akibatnya takdir Allah akan mengikuti sesuai perbuatan yang Mohon Rahmat AllahCara menyikapi takdir ialah dengan memohon rahmat Allah agar mendapat hikmah yang terbaik dan diberi takdir yang lebih baik pula ke depannya. Allah maha pemurah, setiap manusia yang memohon dengan kesungguhan pasti akan dikabulkan. “Dan rahmat ku meliputi segala sesuatu”. QS Al A’raf 156. Jelas dari firman tersebut bahwa Allah memberikan rahmat untuk hambaNya dalam setiap Allah Tempat Kembali“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main main dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. QS Al Mu’minum 115. Ingat bahwa Allah menciptakan manusia di dunia ini hanyalah sebagai ujian untuk bekal kehidupan di akherat, begitu pula dengan takdir, apapun yang dikehendaki Allah akan menjadi jalan untuk manusia sebagai jalannya untuk beribadah dan mendekat Ingat Kehidupan di AkheratBagaimana cara kita menyikapi takdir Allah, itulah yang akan menentukan kehidupan di akherat kelak, jika selalu percaya dan berprasangka baik pada takdir yang Allah berikan, maka pada masa ke depannya orang tersebut akan mendapat petunjuk dan takdir yang lebih baik untuknya, baik takdir yang aan diterima di dunia maupun di akherat. “Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban?”. QS Al Qiyamah 36.12. Ujian dari AllahSetiap umat mukmin tentu paham bahwa hidup di dunia adalah sementara, kehidupan di dunia hanya perhiasan dan ujian belaka, begitu pula takdir yang diberikan Allah, merupakan ujian untuk tingkat keimanan dan kesabarannya. Ketika menghadapi ujian berupa hal yang menyenangkan ataupun kurang menyenangkan tentunya tetap wajib diterima dengan sabar dan berusaha melakukan yang terbaik sesuai Mohon Perlindungan AllahCara menyikapi takdir Allah adalah dengan memohon perlindungan dariNya dari hal hal yang berbahaya atau hal yang tidak baik untuk kita menurutNya, mohon perlindungan dari godaan syetan dan hawa nafsu yang dapat melemahkan iman dan mengarahkan ke hal yang maksiat. sebagai makhluk Allah yang lemah, wajib selalu mohon perlindungan agar tidak memiliki hati yang mudah terombang ambing. “Tidak ada seorangpun di langit dan bumi kecuali akan datang kepada Tuhan yang maha pemurah selaku seorang hamba”. QS Maryam 93.14. Mohon KeselamatanJangan lupa memohon keselamatan di setiap shalat sebagai wujud pasrah dan memohon perlindungan dari segala mara bahaya dari takdir yang telah terjadi tersebut. Hal tersebut telah dilakukan oleh orang orang sholeh terdahulu, ketika menerima suatu takdir baik ataupun buruk mereka akan memohon keselamatan dari segala sesuatu yang buruk. “Mereka mengucapkan kata kata yang mengandung keselamatan”. QS Al Furqon 63.15. Berfikir PositifBerfikir positif dapat menjadi cara menyikapi takdir Allah yang akan memberikan ketenangan pada hati orang yang melakukannya. Berfikir positif membuat hati menjadi lebih semangat dan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat dalam setiap urusan yang dihadapi. Sedangkan Allah memberikan sesuatu sesuai prasangka hambaNya, jika berfikir positif pada Allah, maka Allah juga memberikan hal yang positif IkhlasIkhlas adalah sikap menerima dan pasrah akan ketentuan Allah. Ikhlas dilakukan semata karena Allah, bukan karena urusan duniawi atau karena orang lain. ikhlas menjadi jalan untuk mendapat kebaikan dan ridho Allah. Ikhlas dalam menyikapi takdir Allah dilakukan dengan cara menyadari bahwa setiap takdir ialah hakNya sebagai pencipta. Dan setiap manusia wajib menerima dan menjalani takdir yang ditetapkanNya dengan Mohon Ampunan AllahSebagaimana firman Allah, takdir yang terjadi atau yang menimpa manusia adalah sesuai perbuatan manusia itu sendiri. jika mendapatkan takdir yang baik, wajib bersyukur dan memperbaiki diri leb baik lagi. Begitu pula jika menerima takdir yang menurut kita kurang membahagiakan, mohon ampun pada Allah jika hal tersebut mungkin adalah kesalahan dari kita sendiri.“Dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan kesalahan kalian”. QS As Syuura 30. Allah menyukai hambaNya yang senantisa memperbaiki diri dan memohon ampunan kepadaNya, ampunan Allah akan membawa manusia dalam urusan dunia dan akherat yang lebih berkah sehingga akan mendapat takdir dan jalan hidup yang terbaik artikel kali ini, semoga bermanfaat untuk memperbaiki akhlak kita ya sobat, semoga selalu percaya dan beriman pada takdir yang Allah tentukan. Terima kasih sudah membaca. Salam hangat dari penulis.
LaporanWartawan Tajudin. TRIBUNBANTEN.COM, KOTA SERANG - Ratusan tenaga honorer yang tergabung dalam Forum Pegawai Non PNS Banten (FPNPB) menggelar istighosah dan doa bersama, di Masjid Raya Al-Bantani, pada Jumat (24/6/2022).. Aksi itu mereka lakukan dalam rangka penyelesaian pegawai honorer, agar

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah. Wallahul musta’ Qodho’ dan QodarDalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan.[1] Jika disebutkan qodho’ saja maka mencakup makna qodar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qodho’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Dengan demikian qodar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qodho’.[2]Empat Prinsip Keimanan kepada TakdirPembaca yang semoga dirahmati oleh Allah. Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip. Keempat prinsip ini harus diimani oleh setiap Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengetahui dengan ilmunya yang azali dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluknya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ Mengimanai bahwa Allah Ta’ala telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah kedua prinsip di atas terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَافِي السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {70} “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” QS. Al Hajj70.وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ {59} “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz”” QS. Al An’am59.Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shalallhu alaihi wa salam,كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”[3]Ketiga Mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi. Semuanya terjadi atas kehendak Allah Ta’ala, baik itu perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan Mengimani dengan penciptaan Allah. Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya. Perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan kedua prinsip di atas adalah firman Allah Ta’ala,اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ {62} لَّهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ اللهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ {63}“.Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”QS. Az Zumar 62-63وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَاتَعْمَلُونَ {96}“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“.” QS. As Shafat96.[4]Antara Kehendak Makhluk dan Kehendak-NyaBeriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan dari syariat, Allah Ta’ala telah berfirman tentang kehendak makhluk,ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلىَ رَبِّهِ مَئَابًا {39}“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” QS. An Nabaa’39نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ… {223}“Isteri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. …”Al Baqoroh223Adapun tentang kemampuan makhluk Allah menjelaskan,فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {16}“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” QS. At Taghobun 16لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا …{286}“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya….”QS. Al Baqoroh286Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan. Dengan kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu. Ia juga bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya seperti berjalan, dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, seperti gemetar atau bernapas. Namun, kehendak maupun kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Ta’la karena Allah berfirman,لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}“yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” QS. At Takwiir28-29. Dan karena semuanya adalah milik Allah maka tidak ada satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya.[5] Macam-Macam Takdir Pembaca yang dirahmati Allah, perlu kita ketahui bahwa takdir ada beberapa macam[1] Takdir Azali. Yakni ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi ketika Allah Ta’ala menciptakan qolam pena. Allah berfirman,قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ {51}“Katakanlah “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” QS. At Taubah51Rasulullah shalallahu alaihi wa sallaam bersabda, “… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”[6] [2] Takdir Kitaabah. Yakni pencatatan perjanjian ketika manusia ditanya oleh Allah”Bukankah Aku Tuhan kalian?”. Allah Ta’ala berfirman,} وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَآ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ {172} أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ ءَابَآؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَةً مِّن بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنًا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ {173}“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau Tuban kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. atau agar kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” QS. Al A’raaf 172-173.[3] Takdir Umri. Yakni ketetapan Allah ketika penciptaan nutfah di dalam rahim, telah ditentukan jenis kelaminnya, ajal, amal, susah senangnya, dan rizkinya. Semuanya telah ditetapkan, tidak akan bertambah dan tidak berkurang. Allah Ta’ala berfirman,يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِناَّ خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي اْلأَرْحَامِ مَانَشَآءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أُشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلاَ يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى اْلأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ {5}“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan dari kubur, maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan adapula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” QS. Al Hajj5[5] Takdir Hauli. Yakni takdir yang Allah tetapkan pada malam lailatul qadar, Allah menetapkan segala sesuatu yang terjadi dalam satu tahun. Allah berfirman,حم {1} وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ {2} إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ {3} فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ {4} أَمْرًا مِّنْ عِندِنَآ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ {5}“Haa miim . Demi Kitab Al Qur’an yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah , yaitu urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul” QS. Ad Dukhaan1-5[5] Takdir Yaumi. Yakni pnentuan terjadinya takdir pada waktu yang telah ditakdirkan sbelumnya. Allah berfirman,يَسْئَلُهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ {29}“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan . “ QS. Ar Rahmaan 29. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Munib bin Abdillah bin Munib Al Azdiy dari bapaknya berkata, “Rasulullah membaca firman Allah “ Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, maka kami bertanya Wahai Rasulullah apakah kesibukan yang dimaksud?. Rasulullah bersabda ” Allah mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan meninggikan suara serta merendahkan suara yang lain”[7]Sikap Pertengahan Dalam Memahami TakdirDiantara prinsip ahlus sunnah adalah bersikap pertengahan dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak sebagaimana sikap ahlul bid’ah. Ahlus sunnah beriman bahwa Allah telah menetapkan seluruh taqdir sejak azali, dan Allah mengetahui takdir yang akan terjadi pada waktunya dan bagaimana bentuk takdir tersebut, semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah orang-orang yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah, mereka bersikap berlebih-lebihan. Yang satu terlalu meremehkan dan yang lain melampaui batas. Kelompok Qodariyyah, mereka mengingkari adanya takdir. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menakdirkan perbuatan hamba. Menurut mereka perbuatan hamba bukan makhluk Allah, namun hamba sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Mereka mengingkari penciptaan Allah terhadap amal yang lain adalah yang terlalu melampaui batas dalam menetapkan takdir. Mereka dikenal dengan kelompok Jabariyyah. Mereka berlebihan dalam menetapkan takdir dan menafikan adanya kehendak hamba dalam perbuatannya. Mereka mengingkari adanya perbuatan hamba dan menisbatkan semua perbuatan hamba kepada Allah. Jadi seolah-olah hamba dipaksa dalam perbuatannya.[8]Kedua kelompok di atas telah salah dalam memahai takdir sebagaimana ditunjukkan dalam banyak dalil. Di antaranya firman Allah Azza wa Jalla,لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}“yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”QS. At Takwiir28-29Pada ayat yang artinya, “ yaitu bagi siapa di antara kamu yang menempuh jalan yang lurus” merupakan bantahan untuk Jabariyyah karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi hamba. Hal ini bertentangan dengan keyakinan mereka yang mengatakan bahwa hamba dipaksa tanpa memiliki kehendak. Kemudian Allah berfirman yang artinya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam.” Dalam ayat ini terdapat bantahan untuk Qodariyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh hamba tanpa sesuai dengan kehendak Allah karena Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya.[9]Takdir Baik dan Takdir BurukTakdir terkadang disifati dengan takdir baik dan takdir buruk. Takdir yang baik sudah jelas maksudnya. Lalu apa yang dimaksud dengan takdir yang buruk? Apakah berarti Allah berbuat sesuatu yang buruk? Dalam hal ini kita perlu memahami antara takdir yang merupakan perbuatan Allah dan dampak/hasil dari perbuatan tersebut. Jika takdir disifati buruk, maka yang dimaksud adalah buruknnya sesuatu yang ditakdirkan tersebut, bukan takdir yang merupakan perbuatan Allah, karena tidak ada satu pun perbuatan Allah yang buruk. Seluruh perbuatan Allah mengandung kebaikan dan hikmah. Jadi keburukan yang dimaksud ditinjau dari sesuatu yang ditakdirkan/hasil perbuatan, bukan ditinjau dari perbuatan Allah. Untuk lebih jelasnya bisa kita contohkan sebagai yang terkena kanker tulang ganas pada kaki misalnya, terkadang membutuhkan tindakan amputasi pemotongan bagian tubuh untuk mencegah penyebaran kanker tersebut. Kita sepakat bahwa terpotongnya kaki adalah sesuatu yang buruk. Namun pada kasus ini, tindakan melakukan amputasi pemotongan kaki adalah perbuatan yang baik. Walaupun hasil perbuatannya buruk yakni terpotongnya kaki, namun tindakan amputasi adalah perbuatan yang baik. Demikian pula dalam kita memahami takdir yang Allah tetapkan. Semua perbuatan Allah adalah baik, walaupun terkadang hasilnya adalah sesuatu yang tidak baik bagi yang perlu diperhatikan, bahwa hasil takdir yang buruk terkadang di satu sisi buruk, akan tetapi mengandung kebaikan di sisi yang lain. Allah Ta’ala berfirman ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ {41}“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” QS. Ar Ruum41. Kerusakan yang terjadi pada akhirnya menimbulkan kebaikan. Oleh karena itu, keburukan yang terjadi dalam takdir bukanlah keburukan yang hakiki, karena terkadang akan menimbulkan hasil akhir berupa kebaikan.[10]Bersemangatlah, Jangan Hanya Bersandar Pada TakdirSebagian orang memiliki anggapan yang salah dalam memahami takdir. Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa melakukan usaha sama sekali. Sunngguh, ini adalah kesalahan yang nyata. Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa karena semuanya sudah merupakan ketetapan Allah. Oleh karena itu, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law seandainya dapat membuka pintu syaithon.”[11] [12]Faedah PentingKeimanan yang benar terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut Pertama Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab, dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu tergantung pada takdir Seseorang tidak sombong terhadap dirinya sendiri ketika tercapai tujuannya, karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari Allah, berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah. Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan dirinya untuk mensyukuri nikmat Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan ketentuan Allah. Allah berfirman,مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {22} لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ …{23}“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…” QS. Al Hadiid22-23.[13]Demikian paparan ringkas seputar keimanan terhadap takdir. Semoga bermanfaat. Alhamdulillahiladzi bi ni’matihi tatimmush Abu Athifah Adika MianokiMuroja’ah M. A. TuasikalArtikel Kata qodho dan qadar ini serupa dengan kata iman dan islam, fakir dan miskin. Jika keduanya disebut bersamaan, maka makna keduanya berbeda dan jika disebut secara bersendirian, maka makna keduanya sama. [ed][2] Lihat Syarh al Aqidah al Wasithiyah hal 551. Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin. Dalam kitab Syarh al Aqidah al Washitiyah. Kumpulan Ulama. Penerbit Daarul Ibnul Jauzi[3] HR. Muslim 2653.[4] Taqriib Tadmuriyah hal 86-87, Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin. Penerbit Daarul Bashiiroh.[5] Lihat Syarh Ushuulil Iman hal 53-54. Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin. Penerbit Daarul Qasim. Cetakan pertama 1419 H[6] HR. Muslim[7] Diringkas dari Ma’aarijul Qobuul hal 503-509. Syaihk Hafidz bin Ahmad Hakami. Penerbit Darul Kutub Ilmiyah. Cetakan pertama 1424 H/2004 M[8] Lihat Al Mufiid fii Muhammaati at Tauhid hal 49-51. Dr. Abdul Qodir as Shufi. Penerbit Daar Adwaus Salaf. Cetakan pertama 1428/2007[9] Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqad hal 243-244. Syaikh Sholih Al Fauzan. Penerbit Maktabah Salsabiil Cetakan pertama tahun 2006.[10] Lihat Syarh al Aqidah al Wasithiyah hal 45, Syaikh Utsaimin.[11] HR. Muslim 2664[12] Lihat Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqad hal 245-246.[13] Syarh Ushuulil Iman hal 57-58.

Saatitu Aku hanya dapat terdiam, Aku tidak tahu apa yang harus Aku lakukan, ingin rasanya Aku menolak keputusan itu dan mengatakan “Aku tidak mau ayah dan ibu berpisah, Aku sayang ayah dan ibu ,Aku benar- benar sayang kalian, jadi Aku mohon jangan berpisah”.Tapi rasanya mulutKu terkunci rapat, sehingga Aku tidak mampu mengatakan apa yang
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dewasa ini marak pernikahan di luar kelaziman pada umumnya, seperti seorang gadis muda belia nan cantik mendapatkan jodoh seorang kakek tua. Ada juga kita dapati seorang jejaka muda yang mendapati seorang janda, nenek tua. Semua bisa saja terjadi, inikah yang namanya jodoh? Tak hanya itu, banyak pula pasangan menikah yang mendapatkan jodoh yang begitu kontras baik secara fisik maupun psikis antar ke duanya. Ada sejodoh yang begitu kontras kita dapati secara kasat mata. Si pria berkulit hitam legam, sedang si wanita berkulit putih mulus. Ada lagi, si pria bertubuh kurus kerempeng yang mendapatkan jodohnya seorang wanita yang subar nan bulat, sehingga ketika bersanding keduanya bak angka satu dan nol, alias angka memang sebuah misteri yang tak pernah bisa ditebak sebelumnya. Siapa sangka kedua muda-mudi yang sudah kenal, berpacaran lama justru tak berjodoh, putus di tengah jalan. Sebaliknya, terkadang seorang teman biasa bahkan seorang yang dulu dibenci, malah ternyata bersanding dengannya di kursi pelaminan. Proses penemuan jodoh yang sejati pun tak pernah terduga. Bahkan di luar nalar logika manusia. Ada seorang teman yang begitu akrab mencintai tetangganya sejak kecil, ternyata berjodoh dengan orang jauh, bahkan orang asing yang tak pernah dikenalnya sama sekali. Sebaliknya, ada pula seseorang yang tekah lama menjalin asmara dengan orang jauh, perantauan tetapi akhirnya kandas, dan uniknya justru akhirnya berjodoh, menikah dengan tetangga atau teman kecilnya dulu. Jodoh pun tak ada yang tahu sampai kapan waktunya. Ada yang mengira, para orang tua kita yang dulu dijodohkan, tanpa perkenalan, tanpa pacaran justru berjodoh langgeng abadi, sampai beranak pinak dan memiliki banyak cucu. Sebaliknya, zaman sekarang banyak kita temui, pasangan yang dulu lama saling mengenal, lama berpacaran, tetapi anehnya setelah bertemu di pelaminan, mengucap janji setia melalui ijab qabul, ternyata tak berusia lama pernikahannya. Apakah jodohnya memang hanya sampai di situ? Jodoh memang sebuah misteri Ilahi. Rasanya kalimat itu memang benar adanya. Apalagi jika kita kaji Al-Qur'an Surat Ar-Rum ayat 21, yang berbunyi Wa min Ayatihii an kholaqo lakum min anfusikum azwajan litaskunuu ilaiha wa ja'ala bainakum mawaddatan wa rahmah. Inna fi dzalika la aayatil liqaumiy yatafakkaruun Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir. Jika kita kaji ayat tersebut, terdapat satu kata terkait perjodohan, yakni "an kholaqo", yang berarti Allah itu benar-benar menciptakan perjodohan sendiri. Kata an kholaqo dalam bahasa Arab berarti, menciptakan. Sama halnya ketika Allah menciptakan langit, bumi dan seisinya, pada dasarnya tak butuh makhluk. Itu adalah hak prerogatif Allah. Pada hakekatnya tak butuh "mak comblang" atau perantara sekaliipun, karena hakekatnya jodoh itu memang sudah bagaimana dengan perceraian yang kini marak terjadi, apakah ini juga merupakan bagian dari takdir, atau ketetapan Tuhan? Jika kita telusuri ayat 21 surat Ar-rum, ada satu kalimat yang berbunyi 'wa ja'ala bainakum mawaddatan wa rahmah'. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya

Bagiseorang muslim percaya terhadap takdir itu adalah bagian dari rukun iman. Tidak sah seorang ngaku percaya Allah sebagai tuhan tapi tidak percaya takdir. Tapi secara praktik pemahaman nya banyak yang keliru dan salah kaprah akan pemaknaan atas takdir ini.

Perceraian mengakibatkan dampak yang luar biasa menurut Islam. Sidang perceraian di Pengadilan Agama ilustrasi. — Interaksi dalam status suami-istri dilaksanakan dengan menciptakan suasana damai sebagaimana diidamkan banyak orang dalam membentuk rumah tangga yang sakinah dengan hiasan mawaddah wa rahmah. Tidak boleh ada pihak suami atau istri yang menyengaja untuk merusak rumah tangga. Sebaliknya, bila akhirnya mereka harus bercerai atau talak, maka suasana permusuhan harus dijauhi. Untuk mewujudkan suasana damai setelah talak, al-Quran menyatakan dalam surat At Thalaq ayat 6 أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ “Tempatkanlah mereka para istri di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka.” Setelah terjadinya talak hubungan antara suami istri harus tetap terjalin baik, pada masa idah maupun setelah masa idah. Para suami dilarang untuk menyuruh istrinya pergi dari rumah ketika masih dalam masa idah. Meski perceraian itu dibolehkan dalam syariat Islam, akan tetapi perceraian itu sangat dibenci Allah ﷻ dan rasul-Nya. Sebab perceraian bukan saja memutus hubungan pernikahan suami istri melainkan berisiko besar menyebabkan konflik dan renggangnya hubungan antardua keluarga yakni dari pihak suami dan pihak perempuan. Bahkan perceraian berdampak besar bagi anak-anak. Sebab mereka tidak akan bisa lagi mendapati kehangatan keluarga yang utuh dalam satu atap. وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْغَضُ الْحَلَالِ اِلَى اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ الطَّلَاقُ Rasulullah ﷺ bersabda “Perkara halal yang sangat dibenci ﷻ ialah talak cerai.” Kasyful Ghummah, halaman. 78, jilid 2 Maka ketika lelaki dan perempuan menikah berkomitmenlah untuk menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi tanpa berujung talaq pihak suami yang mencerai istri atau pun khulu' pihak istri yang meminta gugat cerai pada suami. وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّ جُوْاوَلَا تُطَلِّقُوْافَاِنَّ الطَّلَاقَ يَهْتَزُّمِنْهُ الْعَرْشُ Rasulullah ﷺ bersabda “Kawinlah kalian dan janganlah kalian bercerai, karena sesungguhnya perceraian itu menggetarkan Arasy.” Kasyful Ghummah, halaman. 79, jilid 2. sumber Suara MuhammadiyahBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Iblis: "Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata: "Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu
Jakarta - Pembahasan dan pengertian takdir selalu menarik perhatian para muslim. Penjelasan tentang takdir sebetulnya telah diperoleh sejak seorang muslim duduk di bangku penjelasan tentang takdir kadang bikin bingung, hingga sulit membedakan dengan qada dan qadar. Berikut penjelasan sekilas tentang takdir serta qada dan qadar dikutip dari Sumber Belajar adalah ketetapan Allah SWT sejak sebelum penciptaan alam semesta zaman azali. Penetapan qadha sesuai kehendak Allah SWT, tentang berbagai hal yang berhubungan dengan qadar adalah perwujudan ketetapan Allah SWT qadha yang sering disebut takdir. Qadha adalah rencana dan qadar adalah perwujudan atau kenyataan, yang hubungan keduanya tak mungkin dipisahkan."Jadi apa arti iman kepada qada dan qadar? Artinya percaya sepenuh hati pada ketetapan Allah SWT, namun bukan berarti tidak berusaha ikhtiar. Karena keberhasilan tidak akan tercapai tanpa usaha," tulis situs qada dan qadar dijelaskan dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 38مَّا كَانَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ ٱللَّهُ لَهُۥ ۖ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِى ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلُ ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًاArab latin Mā kāna 'alan-nabiyyi min ḥarajin fīmā faraḍallāhu lah, sunnatallāhi fillażīna khalau ming qabl, wa kāna amrullāhi qadaram maqdụrāArtinya "Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. Allah telah menetapkan yang demikian sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."B. Macam dan pengertian takdir1. Takdir mubramKetetapan ini adalah mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku. Manusia tidak diberi peran untuk mewujudkan takdir ini. Contoh takdir mubram adalah kematian, kelahiran, dan jenis Takdir mu'allaqKetentuan ini masih bisa diubah melalui usaha, kerja keras, dan doa. Misal belajar dan berusaha untuk memperbaiki prestasi sekolah, taat aturan tiap saat, dan menjalankan pola hidup sehat untuk mencegah sakit. Simak Video "Kurma Episode 20 Keistimewaan Malam Lailatul Qadar" [GambasVideo 20detik] row/erd

Ahlussunnah beriman bahwa Allah telah menetapkan seluruh takdir sejak azali, dan Allah mengetahui takdir yang akan terjadi pada waktunya dan bagaimana bentuk takdir tersebut, semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah tetapkan. Adapun orang-orang yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah mereka bersikap berlebih-lebihan.

KENAPA ada banyak orang di dunia ini yang akhirnya memutuskan untuk bercerai atau berpisah? Padahal, orang yang kita nikahi, lama mendampingi kita, merupakan cerminan dari diri kita sendiri, bisa katakanya dia adalah jodoh kita. Semua itu kembali kepada takdir. Sebenarnya di Lauh Mahfudz kita telah dituliskan banyak pilihan tentang jalan hidup apa yang akan kita jalani. Itulah hak manusia yang kita miliki. Yaitu kita mempunyai kewajiban dalam “memilih” tentang apa-apa yang akan terjadi selanjutnya di dalam hidup kita. Tentunya setiap pilihan tersebut sebenarnya memang telah tertulis dan ada jalan sendiri-sendiri termasuk urusan jodoh. BACA JUGA Gugat Cerai karena Tergoda Mantan, Ini Akibatnya Rasulullah telah memberikan kita petunjuk dan juga nasihat untuk memilih pasangan hidup. Namun jika kita masih memilih pasangan hidup kita yang tidak sesuai dengan petunjuk tersebut, sesungguhnya kita sedang berlarut diri daripada nafsu dan ego. Maka dari itu jika pasangan hidup kita malah membawa kita menjauh diri dari Allah, jangan salahkan Allah yang telah menuliskan takdir. Karena semua itu sebenarnya sudah sesuai daripada apa yang telah kamu pilih sebelumnya. Apa dengan cara yang baik dan halal sesuai Islam atau dengan cara maksiat. Bukankah Allah sudah memperingatkan. Rasulullah pun sudah berpesan. Kita sendiri yang menentukan pilihan, walaupun hasil akhirnya tetap ada di tangan Tuhan, apakah mempersatukan dengan orang pilihan kita meskipun kita salah jalan, atau justru menggagalkan. Jika Allah menyatukan jangan berbangga dan merasa benar dulu, belum tentu Allah meridhai pilihan kita tadi bukan? Karena Allah hanya akan meridhai yang baik-baik saja. BACA JUGA Apakah Pasangan Bercerai bisa Bersatu lagi di Surga? Tapi karena kasih-Nya, Dia mengabulkan apa yang kita usahakan, Dia mengizinkan semua itu terjadi, namun di balik kehendak-Nya tadi, tidak kah kita takut Allah berkata.. “Inikah maumu? Inikah yang membuatmu bahagia? Inikah yang kau pilih? maka Aku izinkan semua maumu ini terjadi. Namun kau juga harus mempertanggung jawabkan semua ini di akhirat nanti” Jadi, kembali kepada diri masing-masing ya kawan dalam mendapatkan jodoh. Nah itulah Takdir Jodoh menurut pandangan Islam. Semoga tulisan ini dapat membuka mata hati kamu agar tidak galau lagi dan juga bersemangat menjemput pasangan dengan penuh keridloannya. Aamiin. Waallahualam. [] SUMBER ISLAM MEDIA DTwOBQ.
  • 114guczv6z.pages.dev/202
  • 114guczv6z.pages.dev/552
  • 114guczv6z.pages.dev/728
  • 114guczv6z.pages.dev/186
  • 114guczv6z.pages.dev/19
  • 114guczv6z.pages.dev/447
  • 114guczv6z.pages.dev/969
  • 114guczv6z.pages.dev/225
  • apakah cerai itu takdir allah